Jalanan Gangnam pada sore hari terlihat mirip dengan Jakarta dengan kemacetannya. Hal yang berbeda dari keadaan di sana, jumlah mobil Jepang yang melalui jalanan tersebut sangat jarang ditemui.
Populasi mobil-mobil impor Jepang di Korea Selatan jumlahnya sedikit, bukan hanya di daerah Gangnam, di daerah lain pun seperti itu. Jalanan kota Seoul ataupun kota lainnya di Korea Selatan biasanya didominasi dengan mobil-mobil lokal seperti KIA dan Hyundai, dan beberapa lainnya merupakan mobil impor.
“Mobil impor di Korea ada sekitar 18-20 persen. Sebagian besar berasal dari Eropa, terutama VW, BMW, dan sebagainya,” ujar Tae-nyen Kim, Sekretaris Jendral Korean Automobile Manufacturers Association (KAMA), yang ditemui salah satu media baru-baru ini.
Menurut KAMA, fenomena ini terjadi karena adanya sejarah persaingan industri otomotif Korea dan Jepang. Di Korea, industri otomotif dimulai sejak tahun 1970-an setelah berakhirnya perang Korea. Sedangkan industri otomotif Jepang sudah cukup berkembang pada masa itu.
Yong Geun Kim, selaku presiden KAMA mengaku bahwa Korea banyak belajar dari teknologi Jepang. Mobil Jepang memiliki penetrasi kuat yang sangat berpengaruh di Asia Tenggara. Jika harus dibandingkan, Jepang jelas sangat bangga dengan produknya sendiri.
“Di Jepang, semuanya mobilnya mobil Jepang. Di Korea Selatan masih sangat terbuka, karena banyak mobil Eropa, mobil Amerika,” tambah Yong Geun Kim.
Kemudian Yong Geun Kim juga menjelaskan bagaimana persaingan industri otomotif Korea Selatan dengan Jepang di seluruh dunia, “Emotionally, technologically, historically, Jepang dan Korea memang bersaing.”
cr pict: http://oto.detik.com/