Pria Muda Korea Rentan Terhadap Gangguan Kepribadian

sb_korea38__01__630x420Pria muda Korea lebih mudah menderita gangguan kepribadian atau sikap yang membuat mereka rentan terhadap ledakan kemarahan yang tiba-tiba dan bermasalah untuk membentuk dan membina hubungan.

Menurut Review Asuransi Kesehatan dan Penilaian Pelayanan mingggu lalu, sekitar 13.000 hingga 14.000 orang setiap tahunnya didiagnosa dengan gangguan kepribadian atau sikap antara tahun 2010 hingga 2014. Dua kali lipat dari jumlah wanita yang mengalami gangguan itu.

Dua diantara 3 orang yang dirawat untuk masalah tersebut berada di usia remaja hingga 30an, sedangkan jumlah pasien yang berumur 20an meningkat sedikit demi sedikit dalam 5 tahun terakhir.

Di tahun 2014 pria usia 20an menyumbang 28% dari total pasien, pria usia 30an sekitar 18,4% dan remaja laki-laki sekitar 17,3%.

Gangguan kepribadian adalah istilah untuk masalah-masalah seperti ketidakpercayaan berlebihan, acuh tak acuh dan agresi. Penderita seringkali punya masalah yang tetap dengan hubungan dan punya kemungkinan melanggar hukum. Mereka rentan terhadap sikap kompulsif seperti judi, pembakaran dan kleptomania, dan punya masalah untuk mengatur kemarahan.

2015031100719_0

Kim Hyun Soo di Rumah Sakit Myongji berkata, “Anak-anak perlu belajar cara-cara yang sesuai secara sosial untuk menghadapi impuls mereka atau konflik entah di rumah atau di sekolah, dan ketika mereka gagal melakukannya karena orang tua yang terlalu overprotektif, kecanduan video game atau mengurung diri, mereka seringkali menunjukkan gangguan-gangguan itu nantinya.”

“Pria lebih banyak dirawat dibanding wanita karena mereka cenderung lebih agresif dan kasar, namun banyak wanita juga menderita masalah ini,” tambah Kim.

Setiap tahun diperkirakan sekitar 50.000 orang ditangkap karena kekerasan yang disebabkan oleh tindakan yang kompulsif, sedangkan 50.000 orang lainnya mengakibatkan cedera,” menurut data kepolisian dari 2011 hingga 2013.

Woo Jong Min di Rumah Sakit Paik mengatakan, “Masyarakat Korea rentan terhadap konflik, dan terdapat kurangnya kesadaran sipil atau mekanisme sosial untuk memfilter faktor-faktor itu sehingga meningkatkan peluang gangguan kepribadian atau sikap berkembang menjadi kemarahan yang meledak-ledak. Jika pertengkaran kecil atau kemarahan menjadi kebiasaan, mereka cenderung menjadi lebih intens dan membutuhkan perawatan.

Woo menambahkan bahwa penting bagi orang-orang yang mengetahui individu dengan gangguan seperti itu untuk merekomendasikan perawatan, karena sulit bagi mereka untuk meminta bantuan secara sukarela.

Shin Eui Jin, pembuat kebijakan di partai penguasa Saenuri dan psikolog anak mengatakan, “Gangguan kepribadian atau sikap dapat menjadi sulit diatasi kecuali itu berhubungan dengan masa kecil. Kita perlu membuat sekolah-sekolah menggalakkan program untuk mengatasi isu ini.