Orang Korea tampaknya semakin sering mendaki gunung. Walaupun pasar fashion di Korea Selatan secara umum menurun penjualannya, permintaan akan pakaian outdoor terus meningkat. Di hari apapun, terutama akhir pekan, ada banyak kelompok orang yang akan mendaki ke gunung-gunung yang mudah diakses di negara itu.
Tren ini berkontribusi terhadap pertumbuhan pasar pakaian outdoor. Namun, mendaki gunung bukanlah satu-satunya aktivitas luar ruangan di Korea. Semakin banyak orang yang menikmati berkemah, bersepeda gunung dan memanjat tebing.
Mendaki gunung di Korea, yang dulunya hanya aktivitas sosial, menjadi aktivitas hobi yang lebih serius sejak akhir 2000-an. Dengan transisi ini, orang-orang lebih memberi perhatian pada fashion luar ruangan, tidak seperti 10 tahun yang lalu atau lebih ketika sepatu sneakers dan celana pendek sudah cukup.
Ini mendorong pertumbuhan yang cepat, membuat Korea menjadi pasar pakaian outdoor terbesar setelah Amerika Serikat. Pasar tumbuh hingga 1 triliun won ($948 juta) di tahun 2005 dari hanya 100 milyar won di awal 1990an. Sejak saat itu, pasar telah berkembang sekitar 30% setiap tahun. Tahun lalu, pasar tumbuh 11,3% dan mencapai 6,9 triliun won. Pengamat pasar memperkirakan pasar akan tumbuh lebih cepat tahun ini, hingga mencapai 8 triliun won.
Seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang menikmati aktivitas luar ruangan, ada beberapa faktor lain yang berkontribusi terhadap pertumbuhan pasar.
Perusahaan pakaian outdoor telah mengembangkan pasar mereka dengan membuat pakaian outdoor santai, yang mengkombinasikan fungsionalitas dengan fashion sehari-hari.
Sebagai contoh, The North Face – satu dari merek outdoor ternama di Korea – baru-baru ini merilis VX Jacket, jaket thermal ultraringan dan tahan air.
Pakaian berfungsi tinggi yang fashionable populer di kalangan remaja dan usia 20-an. Selain itu, para perusahaan juga melebarkan basis konsumen, yang biasanya hanya terdiri atas pria, dengan menargetkan kelompok umur berbeda, termasuk wanita dan anak-anak, dengan produk yang lebih tersegmen.
Pengamat pasar juga menghubungkan dengan strategi pemasaran yang agresif, dengan iklan TV dan radio secara ekstensif dan penggunaan selebritis sebagai model.
Mereka juga berfokus pada perlengkapan outdoor seperti sepatu hiking, tas, dan topi. Perlengkapan outdoor diperkirakan menyumbang 1 triliun won atau sekitar 15% pada pasar outdoor domestik, yang diperkirakan sekitar 7 triliun won, menurut sumber industri. Angka ini diperkirakan tumbuh hingga 20% pada musim gugur ini karena sejumlah perusahaan berencana meningkatkan proporsi perlengkapan.
“Perlengkapan outdoor membutuhkan teknik yang lebih detail dari segi material, bantalan dan jahitan,” kata sumber dari industri. “Butuh waktu yang lama bagi industri fashion untuk menguasai teknik ini, yang artinya perusahaan pakaian outdoor akan dapat memanfaatkan peluang ini dan menguasai pasar terlebih dulu.”
Kolon Sport, perusahaan pakaian outdoor lokal, baru saja mengeluarkan sepatu boots dan sneakers untuk mendaki, serta tas santai yang bisa digunakan untuk berbagai kesempatan, seperti MOVE-V. Mereka juga berencana mengeluarkan topi tahan air dan topi berbulu.
Namun, sekalipun pasar telah tumbuh, harga mahal dari beberapa merek ini telah menjadi isu sosial. Perusahaan-perusahaan telah mengadopsi kebijakan harga tinggi untuk mempertahankan citra berkelas tinggi. Diatas itu, ada merek outdoor dari luar negeri seperti Moncler dan Canada Goose yang berharga diatas 1 juta won.
Sumber dari industri mengatakan harga yang berlebihan dari perusahaan harus dirasionalisasikan dengan perbandingan harga antarmerek. Namun, masih ada konsumen yang mau membayar diatas normal untuk mengikuti tren, katanya.
Disadur dari The Korea Herald