Indonesia dan Korea Selatan baru saja menandatangani penjanjian program gabungan untuk pesawat jet tempur baru, dimana Indonesia akan membayar 20 persen biaya pengembangan.
Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Tae Young dan Jung Kwang Sun, kepala Departemen Program Pesawat dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA), menghadiri acara penandatanganan di Indonesia, kata badan pengadaan senjata Korea.
Defense Acquisition Program Administration (DAPA) menyatakan bahwa mereka telah menandatangi perjanjian dasar untuk mengembangkan jet tempur “KF-X” atau “Boramae” dengan Kementerian Pertahanan Indonesia.
Saat ini Indonesia adalah satu-satunya mitra asing pada program KF-X. Program ini mulai mendapat momentum di Korea Selatan tahun ini setelah beberapa kali studi kelayakan dan debat tentang apakah Korea sebaiknya membeli atau mengembangkan sendiri jet kelas menengah untuk menggantikan jet F-4 dan F-5 yang sudah tua.
Indonesia setuju untuk berpartisipasi dalam studi kelayakan awal dari program ini pada tahun 2010. Program ini bertujuan membangun 120 jet tempur kelas menengah dengan kemampuan canggih berbasis teknologi Korea. Sedangkan Indonesia berharap memperoleh 80 jet melalui kolaborasi ini.
Seorang pejabat DAPA menyatakan, “The Defense Acquisition Program Administration dan Kementerian Pertahanan Indonesia telah setuju untuk memperkuat kerjasama dalam desain jet, produksi prototip dan tes evaluasi. Ini akan mengurangi kewajiban finansial pemerintah Korea, sembari memberikan peluang kedua negara untuk meningkatkan industri aviasi mereka dan ekspansi peluang ekspor.”
Kementerian Pertahanan Korea Selatan memperkirakan biaya pengembangan program ini saja sekitar 8,5 triliun won, sedangkan produksi massal 120 jet akan menghabiskan biaya tambahan 9,6 triliun won. Produsen jet dari Korea yang akan dipilih pada Desember tahun ini akan bekerjasama dengan produsen dari Indonesia.
Sejak diumumkan pertama kali pada 2001, proyek KF-X diajukan untuk memproduksi jet temput multiperan dengan kapabilitas yang lebih canggih dibanding F-16 buatan AS. Pesawat kombatan baru ini akan dikenal sebagai jet tempur generasi 4,5, sedangkan F-35 buatan Lockheed Martin dari Amerika dikenal sebagai generasi kelima.
Jet itu diperkirakan siap dikirim mulai tahun 2025 dan akan dikembangkan dengan bantuan Lockheed Martin sebagai bagian dari perjanjian. Sepuluh hingga 20 jet akan dikirim setiap tahunnya.
Sumber: Korea JoongAng Daily, Jakarta Post