Pemerintah Indonesia sedang mengupayakan agar Korea Selatan lebih banyak berinvestasi di bidang otomotif. Hal ini terungkap dari pernyataan Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam peletakan tiang pancang pertama pabrik mesin Toyota di Karawang, (25/2/2014), bahwa saat ini pemerintah sedang mengirimkan delegasi dalam perundingan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) di Seoul.
Dikatakan, pertemuan ke-7 kedua negara untuk membahas posisi strategis industri otomotif. ”Korea berusaha mendapatkan bea masuk nol atas sektor yang mereka ingin masuki. Sebaliknya, kita belum mempunyai akses pasar masuk ke sana, jadi kita saat ini menghendaki Korsel melakukan investasi ke Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, pemerintah mengharapkan adanya investasi otomotif dari Korsel agar pasar mobil nasional tidak dibanjiri mobil-mobil CBU. Jika membangun pabrik di Indonesia masih terlalu riskan, paling tidak berinvestasi di industri komponen kendaraan. Dengan begitu, Korsel lambat laun bisa memperluas segmen pasar otomotif di Indonesia untuk bersaing dengan Jepang.
Dominasi Jepang
Di bidang otomotif, Jepang memang merajalela di Indonesia, termasuk investasi besar-besaran dengan membangun sejumlah pabrik. Terakhir, dengan perjanjian G2G (Government to Government), Negeri Matahari Terbit itu siap danai dan operasikan Pelabuhan Cilamaya di Karawang untuk pintu utama jalur distribusi dalam negeri atau menuju mancanegara.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi menambahkan, populasi mobil asal Korsel di Indonesia masih sedikit, karena suplainya terbatas. Andai suplai lebih besar, merek-merek seperti Hyundai atau KIA mungkin bisa lebih banyak berbicara.
”Pasar otomotif kita sangat besar dan terus naik. Siapa pun yang investasi, pasti bisa mendapatkan segmen market. Itu otomatis, apa saja yang diinvestasikan di Indonesia pasti terserap. Yang penting Korsel mau menaruh uangnya di sini, misalkan membangun pabrik komponen. Tak hanya untuk pasar dalam negeri, pasar ekspor juga bisa dituju, minimal ke negara-negara ASEAN,” tukas Budi.