Barista Berbisnis Truk Kopi untuk Para Bintang Korea

TrukKopi

Kim Sung Young menghidupi dirinya dengan menyeduh dan menjual kopi, namun yang membedakan bisnisnya dengan yang lain adalah dia menjual minumannya untuk klien VIP – termasuk aktor Lee Min Ho, Jo In Sung dan Hyun Bin.

Walaupun bisnis kafe di Korea penuh sesak sejak beberapa tahun lalu, pengusaha muda yang berusia 34 tahun itu meraih rata-rata 10 juta won per bulan berkat penjualan kopi, sebagian besar karena fans loyal yang ingin mencurahkan cinta mereka untuk bintang pujaan.

Jogong, praktek pembelian makanan oleh fans untuk selebritis favorit mereka di Korea, awalnya merujuk pada hadiah yang dikirimkan oleh koloni ke negara induk. Pemberian di masa Dinasti Joseon bervariasi mulai dari gulungan sutra hingga makanan. Hadiah yang mahal itu kemudian dikirim ke Cina, yang punya kekuasaan besar pada masa itu.

Namun sekarang jogong digunakan untuk menyebut hadiah bernilai mahal yang diberikan untuk para idola, mulai dari Apple MacBook Air terbaru hingga tas kulit Hermes. Seiring berjalannya waktu budaya itu berubah juga. Para fans berkoordinasi untuk mengumpulkan uang dan mengirimkan truk makanan atau kopi untuk memberi makan para bintang dan staf yang terlibat dalam produksi film atau drama dimana idola mereka terlibat.

Hal ini menjadi hal yang lazim diantara para fans, apapun kebangsaan mereka.

“Aku pergi ke lokasi drama ‘Spy’ kemarin,” kata Kim dalam wawancara via telepon dengan Korea JoongAng Daily.

“Ini kunjungan keempatku ke lokasi ‘Spy’ dan aku harus mengunjunginya 3 kali lagi karena penyanyi/aktor dari trio JYJ itu punya fanbase yang besar di luar negeri. Fans dari enam negara di benua Amerika mengorganisir acara kemarin.”

Pengusaha muda itu menambahkan bahwa dia diminta untuk membawa gerobaknya, yang disebut “Coffee-Roasting Mr.Kim”, ke lokasi syuting oleh 7 fanclub Kim Jae Joong yang berbeda.

TrukKopi2

Namun, Kim menghindari menggunakan istilah ‘jogong’ untuk mendeskripsikan aksi fans karena dia mengatakan kata itu punya konotasi negatif. Dia menggantinya dengan sebutan “dukungan” atau “acara”.

Pendapatan usaha Kim memang tinggi dibandingkan dengan truk kopi yang lain, namun uang tidak datang dengan mudah. Dia punya tugas lebih dari sekadar menyeduh kopi.

“Kebanyakan fans luar negeri tidak datang ke lokasi pada hari acara. Lalu aku akan menjadi lebih sibuk dibanding biasanya karena aku harus mengambil foto dari bintang favorit mereka meminum kopi atau mendapat tanda tangan untuk memastikan ke para fans bahwa aku telah menggelar acara itu dengan sukses,” ungkapnya.

Setelah Kim Sung Yong menerima pesanan, dia mendekorasi truknya secara keseluruhan sesuai selebriti yang lokasinya akan ia kunjungi.

Foto berbingkai dari bintang itu akan dipasang, beserta banner yang berisi tulisan dari para fans. Contohnya, “Kopi hari ini dari Kim Jae Joong.”

Stiker yang bergambar wajah selebriti juga ditempel di gelas kopi. Hal ini biasanya dilakukan fans yang sukarela datang pada hari acara.

Biaya mengirim truk bervariasi, tergantung dari berapa banyak gelas kopi dan minuman yang dipesan, namun biayanya mulai dari 300.000 won.

Jalan Kim menuju kesuksesan tidaklah mudah. Dia mengambil jurusan pemasaran fashion di kampus dan mendapat pekerjaan di perusahaan fashion terkenal, namun kenyataan ternyata pahit. Dia dibayar dengan buruk namun harus bekerja 7 hari seminggu.

Dia akhirnya membeli truk kecil dan merenovasinya dengan tujuan memulai bisnis kopi, namun tidak mudah untuk menghasilkan uang. Dia seringkali harus membayar denda karena berjualan di jalan, yang merupakan hal ilegal di Korea.

Suatu hari, dia menerima pesanan dari sekelompok fans dari penyanyi Gain untuk mengirim kopi ke lokasi tempatnya syuting dan itulah saat semuanya dimulai.

Beberapa tahun terakhir, bisnis jogong mulai berkembang dalam ukuran dan skala, namun ini punya dampak buruk bagi Kim.

“Kurasa aku adalah yang pertama yang memulai bisnis ini empat tahun lalu,” katanya. “Namun sekarang aku melihat banyak bisnis serupa. Sudah terlambat jika kalian ingin bergabung ke bisnis ini sekarang karena kompetisi terlalu ketat.”