Lee Seung-Woo, Fenomena Bocah Ajaib Korea Selatan

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang memiliki prestasi dan tradisi sepakbola cemerlang di benua Asia. Entah itu di level Asia Timur, Asia, bahkan hingga dunia. Mari tengok prestasinya yang pernah tiga kali menjuarai turnamen Piala Asia Timur (EAFF Cup), tiga medali emas Asian Games, dan sepasang trofi Piala Asia. Langkah mereka di Piala Dunia yang pernah mencapai babak semi-final pada pagelaran 2002, juga yang jadi yang terbaik sepanjang sejarah benua kuning. 

Karenanya tak heran jika Korsel jadi salah satu pusat lahirnya bibit-bibit emas pesepakbola handal. Sebut saja Cha Bum-kun, Hwang Sun-hong, Lee Chun-sooAhn Jung-hwan, hingga yang paling tersohor, Park Ji-sung. Merekalah pesepakbola yang mengharumkan nama Korsel dan Asia di Eropa dan dunia.

456095_heroa

Bagai sumur bakat yang tak berdasar, kini muncul lagi calon pesepakbola hebat asal Negeri Ginseng. Namanya adalah Lee Seung-woo. Seorang bocah 16 tahun yang sedang mengasah bakatnya di akademi sepakbola terbaik dunia, La Masia, Barcelona.

Sang bocah ajaib tak sekonyong-konyong mencuat hanya karena menimba ilmu di La Masia. Sederet cerita hebat menyertai perjalanannya ke Spanyol, mulai dari skill yang ia miliki, pengorbanan Barca untuk memilikinya, hingga penolakannya pada tawaran duo raksasa Liga Primer InggrisChelsea dan Liverpool.
 

Lahir di Gyeonggi-do – sebuah kawasan dengan populasi penduduk terbesar di Korsel – 6 Januari 1998, Lee Seung-woo sungguh menggemari olahraga sepakbola semenjak dirinya balita. Orang tuanya sering membawanya pergi ke stadion Incheon untuk melihat klub setempat berlaga. Satu kenangan yang tertancap abadi adalah saat dirinya yang masih berusia empat tahun, menikmati euforia Piala Dunia 2002 di negaranya.

Sosok Park Ji-sung yang samar-samar diingat olehnya saat pagelaran tersebut, lantas jadi acuannya tatkala sang idola berjaya bersama Manchester United beberapa waktu kemudian. Di usia sepuluh tahun, lewat dukungan penuh orang tuanya, Lee mulai merintis karier sepakbolanya di akademi klub lokal tempatnya menetap, Incheon United.

Dari sana jalan emas ia retas dengan menjadi pemain andalan Incheon junior. Jadilah dirinya terpilih dalam skuat Korsel untuk bertanding di turnamen junior bergengsi, Danone Nations Cup 2011, yang dihelat di Afrika Selatan. Tanpa disangka, ternyata performanya menarik minat pemandu bakat Barcelona, Albert Puig.1

Namun Puig tak lantas menariknya ke La Masia. Ia masih menyimpan sedikit keraguan sembari menunggu momen tepat untuk mempertontonkan bakat brilian Lee pada pihak klub secara langsung. Tanpa diduga, saat itupun tiba tatkala Penya Barcelonista Escola Sant Cugat-Soccer Hristo Stoichkov – sebuah sekolah sepakbola hasil kerja sama legenda Barca, Hristo Stoichkov, dengan FCB Escola – menggelar partai eksebisi antara tim junior Barca kontra timnas Korsel U-12.

Duel berlangsung seru nan ketat. Lima gol pun dihasilkan dengan Blaugrana junior menang 3-2 atas Korsel U-12. Meski tim Ginseng kalah, minat Puig dan jajaran dierksi Barca terhadap Lee Seung-woo makin besar. Pada akhirnya Lee bersama dua rekannya, Paik Seung-Ho dan Jang Gyeolhee, resmi direkrut Azulgrana atas persetujuan orang tua ketiga pemain dan FA Korsel, pada 1 Juli 2011.

                           
        
Mendukung total jalan yang diretas anak kesayangannya, kedua orang tua Lee pun ikut pindah dan menetap di Spanyol. Semua dilakukan demi memudahkan proses adaptasi sang anak, yang kala itu masih berusia 13 tahun. Sempat jadi masalah memang, namun proses adaptasi sukses dilakoni sebagaimana mestinya ditambah bantuan dua rekan sebayanya, Paik Seung-Ho dan Jang Gyeolhee, serta sikap ramah ala orang Asia yang selalu ia tunjukkan.

Hal itu terakumulasi dengan gemilangnya Lee di musim perdana bersama tim junior Barca. Ia sukses mencetak banyak gol dan langsung menembus tim inti. Sempat mengalami cedera di musim keduanya, Lee tetap mampu menorehkan 15 gol. Bahkan jika ditotal, jumlah gol-nya di tim junior (Infantil B-A & Cadet B-A, tim kelompok junior Barcelona di bawah 15 tahun) dari awal hingga kini, ternyata lebih baik dari Lionel Messi dahulu!

Ya, Lee sukses mencetak 38 gol dari 29 penampilannya, sementara Messiah kalah tipis dengan 37 gol dari 30 laga. Luar biasa! Tak heran media Spanyol kini menjulukinya “Messi dari Korea”.

Tak semuanya berjalan lancar dan membahagiakan bagi Lee. Hambatan karier juga sempat menjeratnya pada Februari 2013. Otoritas sepakbola terbesar dunia, FIFA, menjatuhi hukuman embargo transfer bagi Barca karena menyalahi aturan dalam membeli pemain muda di bawah U-18 Non Uni Eropa. Meski akhirnya bisa ditangguhkan sejenak, Los Cules dikenai sanksi tak boleh beraktivitas pada bursa transfer dalam bentuk apapun selama 14 bulan.

Dalam rincian kesalahannya, Barca disanksi akibat merekrut sepuluh pemain di bawah U-18 Non Uni Eropa sejak 2009. Lee jadi salah satunya dan akhirnya juga terkena imbas. Calon penyerang haus gol itu tak boleh ikut serta dalam seluruh ajang yang diselenggarakan FIFA untuk beberapa waktu.

Pada masa tersebut banyak pemain seumuran dan senasib dengannya memutuskan untuk meninggalkan La Masia akibat situasi yang tak menentu. Selain itu mereka juga tergiur janji kontrak serta gaji besar dari klub peminat, sebut saja Julio Pleguezuelo (Arsenal), Josimar (Chelsea), dan Canos (Liverpool).

Ikut tergiur? Tidak. Dengan keteguhan hati yang mantap Lee memutuskan untuk bertahan di La Masia, murni karena alasan sepakbola. Padahal Chelsea dan Liverpool menaruh minat besar dan sempat mengajukan tawaran untuk memboyongnya. Manajemen Barca kemudian terkesan dengan sikapnya, pun dengan kemampuannya yang terus meningkat pesat.

Media terkemuka Spanyol, Marca, lantas memberitakan bahwa Barca telah resmi mengontrak Lee untuk tiga musim lamanya pada bursa musim panas lalu. Dalam klausul kontraknya, sang bocah ajaib bakal diperbolehkan untuk berlatih dan mengikuti serangkaian partai uji coba bersama tim senior. Namun ia baru akan melakoni debut profesional selepas usianya 18 tahun. Release clause-nya pun tinggi dengan terpapar nilai sebesar €12 juta!


                    

Nama Lee Seung-wooo secara mengejutkan dimasukkan pelatih Korea Selatan U-16, Choi Moon-sik, dalam turnamen Piala Asia U-16, yang berlangsung 6 hingga 20 September 2014. Bukan lantaran kualitasnya yang sejatinya tak perlu diragukan, tapi karena hukuman FIFA terhadapnya, sehingga baru bisa mentas di babak perempat-final. 

Korsel junior sukses lolos ke perempat-final menghadapai Jepang U-16, dan sentuhan Lee begitu terasa di fase gugur tersebut. Namanya yang sempat tenggelam kembali mencuat dalam pertandingan itu. Ia disandingkan dengan Messi dan Maradona akibat atraksinya menggiring bola dari tengah lapangan! Timnya pun ia bawa menang 2-0.

Sensasinya tak berhenti, Rabu (17/9), Lee melanjutkan kegemilangan di babak semi-final melawan Syria. Secara heroik ia jadi bintang kemenangan fantastis Taeguk Warrior lewat skor 7-1. Dalam duel tersebut ia mencetak sebuah gol dan empat assist yang fenomenal.

Serentak dengan aksinya, fans-nya di Facebook melonjak hingga mencapai 40 ribu akun. Lee pun jadi orang yang paling dicari dalam mesin pencari Google Korsel saat ini. Ya, belum juga jadi pesepakbola ‘sungguhan’, penggemar sejati Barcelona itu sudah jadi pujaan nomor satu di negaranya.

Petualangan Lee baru dimulai, pembuktian terkini harus dilakukannya di final Piala Asia U-16 melawan Korea Utara, 20 September nanti. Kini bukan saatnya Si Messi dari Korea berpuas diri atas ketenarannya. Ia tentu tak ingin bernasib sama seperti Roberto BaronioNery Castillo, atau Freddy Adu yang hanya berprestasi di usia muda kemudian menghilang sekejap mata.

 

[Sumber:goal.com]