Perusahaan aplikasi instant messagingdari Korea Selatan terus menggempur pasar Indonesia. Mereka berupaya menggoyang dominasi BlackBerry Messenger (BBM) dan WhatsApp.
Analis McKinsey & Company mencatat KakaoTalk menggandeng Big Bang, boy band dari Korea yang populer di Indonesia. Adapun Line bermitra dengan Samsung Electronics Co, yang menjadi jawara produsen ponsel pintar di Tanah Air.
“Indonesia merupakan pasar mobile messenger yang paling kompetitif sekarang. Kami ingin memenangi pasar utama ini,” kata Kate Sohn, wakil presiden divisi pengembangan bisnis global Kakao, Ahad, 9 Maret 2014. Oleh karena itu, mereka juga mengajak Telkomsel menawarkan data unlimited.
Sohn mengakui langkah KakaoTalk berbuah hasil. Mereka memperoleh tambahan 16 juta pengguna baru dalam satu tahun di Indonesia. KakaoTalk, yang berencana masuk bursa Korea Mei tahun depan, berada di urutan ke-37 sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di Indonesia dari App Store.
Di Google Play, KakaoTalk berada di urutan 14. Data ini merupakan riset yang dilakukan App Annie pada 7 Maret lalu. KakaoTalk saat ini menguasai 95 persen pangsa pasar pesan instan di Korea. Jumlah penggunanya mencapai lebih dari 100 juta di Negeri Ginseng tersebut.
Line yang masuk ke Indonesia pada awal 2012 dan memiliki 20 juta pengguna berkat siasatnya melakukan pra-install pada beberapa smartphone yang menjalankan sistem operasi Windows Phone dan Google Android, termasuk model dari Samsung. Di Indonesia, sekitar satu dari setiap tiga smartphone yang terjual adalah buatan Samsung.
“Kami melakukan banyak kerja sama dengan Samsung dan mendapatkan manfaat dari kekuatan merek dan tumbuhnya volume penjualan mereka,” kata Simeon Cho, manajer umum Line Plus, yang menangani bisnis Line di luar Jepang, pasar terbesar perusahaan.
Saat ini Line yang dimiliki oleh perusahaan web besar Korea, NHN, memiliki 350 juta pengguna. Pemakai aplikasi yang terbesar ada di Jepang, Thailand dan Taiwan. Line berencana akan pra-install pada smartphone Android pertama dari Nokia yang menyasar segmen low-end yang populer di pasar negara berkembang, seperti Indonesia.
Pada 5 Maret lalu, firma Macquarie Group merilis kajiannya tentang aplikasi instant messaging. Ternyata pendapatan dari iklan, games dan stiker dari perusahaan ini mencapai US$ 24 miliar dalam waktu tiga tahun. Angka ini lebih besar ketimbang analisis yang dibuat September lalu, yaitu US$ 10 miliar.
[Sumber:Tempo]