Seperti halnya di Indonesia yang memiliki banyak cerita rakyat dan legenda seperti Sangkuriang, Malin Kundang, hingga Lutung Kasarung. Korea Selatan pun memiliki cerita rakyat yang tak kalah menginspirasi dan bisa dijadikan dongeng pengantar tidur untuk anak-anak. Salah satunya adalah kisah mengenai dua bersaudara Heungbu dan Nolbu yang cukup banyak dikenal oleh masyarakat Korea.
Heungbu dan Nolbu berasal dari keluarga yang cukup berada sehingga ketika ayah mereka wafat, sang ayah berpesan untuk membagi harta peninggalan menjadi dua. Si sulung Nolbu yang dasarnya memiliki sifat serakah, mengambil seluruh harta peninggalan sang ayah untuk dirinya sendiri dan mengusir si bungsu Heungbu serta keluarganya dari rumah mereka. Heungbu memiliki sifat baik hati serta budi pekerti luhur sehingga dengan hati yang lapang menerima perlakukan sang kakak meski akhirnya dia dan keluargnya harus hidup dalam kemiskinan.
Suatu hari, Heungbu menemukan seekor burung walet yang patah kakinya serta terancam dimangsa oleh seekor ular. Dengan berani Heungbu mengusir ular itu dan merawat kaki burung walet yang patah. Ketika burung wallet itu akhirnya sembuh, ia pergi dan kembali ketika musim semi dan membawakan benih untuk ditanam. Dengan sabar Heungbu merawat tanaman itu hingga tumbuh besar. Tanpa disangka-sangka Heungbu menemukan harta benda berharga di bawah tanaman pemberian si burung wallet. Dalam sekejap Heungbu dan keluarganya menjadi kaya raya.
Berita ini pun tersohor hingga ke seluruh penjuru kota dan sampai ke telinga Nolbu. Karena memiliki sifat yang serakah, Nolbu pun mengikuti cara Heungbu menyelamatkan seekor burung wallet dengan harapan akan diberi benih untuk menjadi kaya raya. Sayangnya, Nolbu justru mematahkan kaki si burung walet dengan sengaja lalu menolong dan merawatnya hingga sembuh. Pada musim berikutnya, burung walet mengunjungi Nolbu dan memberikan benih untuk ditanam. Setelah benih itu besar, bukannya mendapat kekayaan, Nolbu justru mendapat bencana. Semua harta bendanya habis dan ia pun menjadi miskin.
Setelah kejadian ini ia dan keluarganya pun menghampiri Heungbu untuk meminta maaf. Si bungsu yang baik hati menerima kembali sang kakak dan keluarga mereka pun hidup rukun dan damai kembali. Di dalam kisah Heungbu dan Nolbu mengandung nilai tradisi di mayarakat Korea yang lebih menganggap penting anak laki-laki tertua dalam keluarga. Karena mengandung nilai tradisi, cerita Heungbu dan Nolbu ini banyak dipentaskan di panggung musikal serta teater sekolah. Kepopuleran tradisi masyarakat Korea di dalamnya membuat kisah ini juga diadaptasi dalam sebuah buku cerita di Amerika.