Sojin yang ditemukan meninggal beberapa hari lalu, hanya satu dari sekian banyak anak muda di Korea yang bermimpi menjadi bintang. Banyak sekali anak muda di Korea memimpikan kehidupan sebagai seorang idola yang memiliki banyak penggemar, kehidupan layak, dan hidup terjamin. Maka tak heran banyak dari mereka yang berlomba-lomba untuk menjadi idola dan mencoba menjadi Trainee di agensi.
Namun siapa sangka dibalik itu semua ternyata kehidupan seorang Trainee di Korea tak mudah. Kehidupan keras tanpa harapan harus mereka jalani setiap hari. Menjadi seorang Trainee sama halnya dengan bergantung pada mimpi, untuk itu masing-masing orang harus berjuang untuk bisa menampilkana kemampuan terbaiknya.
Seorang perwakilan dari Industri hiburan mencoba memberi gambaran bagaimana kehidupan seorang Trainee sebenarnya. Para Trainee biasanya dikelompokan dalam sebuah kelompok reguler dan kelompok ‘debut’. Kelompok debut berisi anak-anak yang akan segera debut. Namun karena persaingan yang begitu ketat diantara para Trainee, tak jarang mereka yang berasal dari kelompok debut akan kembali ke kelompok reguler.
Yang lebih parah adalah, tak jarang ada agensi yang tak memberikan fasilitas bagi Trainee mereka seperti pelatihan yang layak, tempat tinggal, biaya makan dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu para Trainee harus berusaha mencari pekerjaan tambahan untuk membiayai kehidupan mereka yang jauh dari rumah.
Para Trainee biasanya mulai memasuki agensi pada usia muda. Banyak para Trainee yang memilih meninggalkan sekolah mereka demi menjalani pelatihan. Tentu pilihan yang sangat riskan mengingat tak ada jaminan akan masa depan nantinya. Setiap hari para Trainee harus menjalani pelatihan keras tanpa tahu kapan akan debut.
Kasus kematian Sojin, salah satu Trainee DSP kembali membuka mata masyarakat bagaimana beratnya kehidupan seorang Trainee.