Rangkaian komunikasi terakhir antara awak feri Korea Selatan, Sewol, dan aparat Korsel mengungkap kepanikan dan keraguan awak feri yang tenggelam tersebut. Dalam transkrip komunikasi yang baru dirilis Penjaga Pantai Korea Selatan, seorang awak kapal sedikitnya tiga kali bertanya kepada Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal apakah ada kapal penyelamat yang tersedia jika evakuasi dilangsungkan.
Pada pukul 09.24 waktu setempat, 29 menit setelah Sewol memancarkan sinyal darurat, seorang petugas Penjaga Pantai berkata, “Mohon keluar dan pastikan para penumpang memakai jaket pengaman dan mengenakan lapisan baju tambahan.”
Seorang awak kapal merespons, “Jika feri ini mengevakuasi para penumpang, apakah Anda bisa menyelamatkan mereka?”
Potongan transkrip komunikasi Sewol dan Pusat Pemantau Lalu Lintas
Petugas: “Silakan keluar dan minta penumpang kenakan jaket pengaman dan pakaian tambahan.”
Kru: “Jika penumpang feri harus dievakuasi, apakah Anda dapat menyelamatkan mereka?”
Petugas: “Paling tidak minta mereka kenakan jaket pengaman dan evakuasi mereka.”
Kru: “Jika mereka dievakuasi, apakah mereka dapat langsung diselamatkan?”
Petugas: “Jangan biarkan mereka tanpa pengaman. Paling tidak mereka harus mengenakan jaket pengaman dan evakuasi mereka… Kami tidak mengetahui situasinya dengan baik. Kapten harus membuat keputusan akhir dan memutuskan apakah Anda akan mengevakuasi penumpang atau tidak.”
Kru: “Saya tidak membicarakan tentang hal itu. Saya tanya, jika mereka dievakuasi sekarang, bisakah mereka langsung diselamatkan?”
“Setidaknya pastikan mereka memakai jaket pengaman dan evakuasi mereka,” balas petugas Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal di Kepulauan Jindo, Korea Selatan. Selagi sang petugas mendesak awak kapal menyiapkan proses evakuasi, awak tersebut bertanya dua kali apakah para penumpang dapat diselamatkan segera.
Baru pada pukul 09.37 waktu setempat, beberapa detik sebelum komunikasi berakhir, Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal di Kepulauan Jindo mendapat kepastian bahwa evakuasi telah diperintahkan.
Menunda evakuasi
Belakangan diketahui, kapal dikemudikan oleh awak kapal yang tidak berpengalaman ketika kecelakaan terjadi pada Rabu (16/04) lalu. Kapten Lee Joon-Seok sendiri, 69, tidak berada di ruang kemudi. Belum jelas siapa yang memerintahkan evakuasi.
Lee Joon-Seok mengaku sengaja menunda proses evakuasi karena dia khawatir para penumpang akan terbawa arus.
“Arus saat itu sangat kuat, temperatur air laut sangat dingin. Saya pikir jika orang-orang meninggalkan feri tanpa pertimbangan tepat, seperti tidak mengenakan jaket pengaman. Dan kalaupun mereka memakainya, mereka akan terbawa arus dan menghadapi kesulitan lain,” ujar Lee.
Kapal feri Sewol terbalik dalam perjalanan dari Incheon menuju Pulau Jeju di bagian selatan Korea Selatan. Kapal itu membawa 476 orang, termasuk 339 siswa yang sedang mengikuti wisata sekolah.
Investigasi saat ini berfokus pada penyebab kecelakaan. Beberapa pakar menduga insiden itu terjadi ketika kapten memutuskan membelokkan kapal secara tajam menyebabkan kargo berat berjatuhan sehingga kapal tidak seimbang.
Sumber: BBC Indonesia