Campuran kecap dicampur dengan gula, minyak wijen, bawang putih, daun bawang, dan anggur beras menjadi kesempurnaan rasa yang lezat. Secara literal bulgogi dikenal sebagai hidangan lezat yang bermakna “daging api”.
Bulgogi populer tidak hanya bagi orang Korea namun juga orang asing. Di Los Angeles misalnya ada kedai Kogi BBQ yang menyajikan hidangan ini dan memiliki 50.000 pelanggan. Bahkan dalam survey makanan Korea pun, delapan atau sembilan orang dari 10 orang asing memilih bulgogi sebagai makanan Korea kegemaran mereka.
Salah satu alasannya adalah karena bulgogi mengandung bumbu yang menjadi khas makanan Korea. Rasa bulgogi cocok dengan selera makan di barat. Selain itu jika biasanya bulgogi disandingkan dengan kimchi, beberapa restoran sudah menawarkan mix and match menu makanan bulgogi dengan makanan lain, seperti taco misalnya.
Bulgogi dipercaya merupakan jenis makanan pada masa dinasti Koguryo sekitar 37 SM – 668 M. Awalnya makanan ini disebut “maekjeok” dan terdiri dari beberapa jenis makanan seperti daging, daun bawang dan bawang putih yang diberi kecap. Namun ketika agama Budha masuk, mulailah tradisi makan vegetarian yang lebih dipilih. Ada masa dimana tidak ada konsumsi daging dan terjadi “evolusi” menu menjadi bulgogi.
Setelah invasi Mongol, konsumsi daging kembali terjadi di Korea pada dinasti Chosun. Pada masa ini bulgogi dikenal dengan “neobiani,” yang berarti lembaran daging tipis. Pada masa ini, bulgogi dikonsumsi dengan kecap karena gula cukup mahal pada saat itu.
Semakin bertambah waktu ada banyak cara menikmati bulgogi. Cita rasa Korea yang sarat akan makna sejarah di setiap kelezatannya.