SALAMKOREA.COM – Angga Rahmana mesti dijadikan contoh oleh banyak orang karena jiwa sosialnya yang tinggi. Meski hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak mengecilkan jiwa sosial dan keinginannya untuk membantu sesama. Hal ini dibuktikannya dengan mendirikan bimbingan belajar di lingkungan tempat tinggalnya Keluarahan Duri Pulo. Saat ini Angga bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Duri Pulo
Kegiatan ini bermula dari usahanya untuk menasehati dan mengajari anak-anak sekolah dasar (SD) yang tertangkap mencuri burung. Saat memberikan arahan pada anak-anak SD tersebut, orangtua si anak tidak terima dan ia pun kena omel dari orangtua. Namun, hal ini enggak menyurutkan niat baiknya. Agar anak-anak tidak terjerumus melakukan hal-hal yang tidak baik, ia pun mengajak anak-anak tersebut untuk bersama-sama mengerjakan PR di mushola. Meski demikian, Angga mengaku bahwa ia tidak bisa banyak mengajari karena ia hanya lulusan SMP. Jadi, ia menemani anak-anak tersebut mengerjakan PR dan meminta anak-anak lain yang pintar untuk mengajari temannya.
Setelah dua bulan bimbel tersebut berjalan, Angga mendapatkan pekerjaan sebagai kurir tinta. Setiap gajian, ia pun membelikan permen dan camilan untuk anak-anak tersebut. Sambil tetap menjalankan bimbel, Angga sempat mendapat protes dari orangtua anak-anak, istri hingga orangtuanya karena ia tidak menerima bayaran atas usahanya tersebut.
“Saya tolak bayaran itu, karena saya ini awalnya cuma ngumpulin anak-anak ngerjain PR. Wah saya diomelin keluarga anak, istri bapak saya semuanya. Dibilang sombong lah, sudah tahu enggak kerja punya anak istri tapi enggak mau terima bayaran,” ujar Angga.
Sampai akhirnya pihak kelurahan membutuhkan orang yang dapat membuat website untuk kegiatan publikasi kelurahan Duri Pulo. Saat itu, Angga yang enggak mengerti sama sekali langsung mengiyakan saja. Ia langsung belajar dari kerabatnya dan berhasil membuat website. Meski, ia tetap menolal diberi upah atas kerjanya tersebut karena ia memang berniat untuk membantu.
“Saya diminta tolong sama Pak Lurah waktu itu untuk buat website untuk publikasi kegiatan kelurahan. Saya sebenarnya enggak bisa, orang saya lulusan SMP enggak ngerti begituan. Tapi saya bilang bisa dulu saja,” ujarnya.
Hingga akhirnya, pak Lurah menawari pekerjaan sebagai PHL (Petugas Harian Lepas), kala itu belum ada PPSU. Prinsip Angga, jika pekerjaan ia akan mau menerimanya sehingga ia pun bekerja menjadi petugas di kelurahan. Karena kegiatan sosialnya yang berdampak positif pada lingkungan di Duri Pulo, ia pun ditunjuk untuk mengikuti seleksi peserta program Seoul Sister City 2019 yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta.
Pada akhir September ia dihubungi untuk seleksi. Ia diminta untuk memaparkan apa yang pernah dilakukan dalam kegiatan kepemudaan. Ia pun berhasil lolos seleksi dan berada di urutan nomor 3 dari 15 orang yang lolos. “Pesaing saya waktu seleksi itu orang kuliahan semua, saya cuma lulusan SMP sendiri,” cerita Angga. Berkat prestasinya ini, awal November 2019 nanti, Angga beserta rombongan lainnya pun akan berangkat ke Seoul. Di sana, mereka akan saling bertukar pikiran dan sharing pengalaman dengan pemuda dari negara lain. Kedepannya, pengalaman Angga ini akan ditularkan dan dilaksanakan untuk kegiatan sosial yang melibatkan pemuda di DKI Jakarta.