Korea Selatan menggelar pemilihan kepala daerah (local election) pada hari Rabu, 4 Juni 2014. Pilkada ini dianggap sebagai referendum dalam pemerintahan Presiden Park Geun-hye yang konservatif di tengah-tengah amarah publik setelah peristiwa tenggelamnya kapal feri Sewol dua bulan yang lalu.
Dalam pemilu ini akan dipilih sebanyak 3.952 pejabat pemerintah. Jumlah ini termasuk 17 walikota dan gubernur beserta 226 kepala unit-unit administratif. Berdasarkan informasi dari National Election Commission (NEC), seluruh pejabat ini akan dipilih dalam pemilihan kepala daerah yang diadakan di seluruh Korea Selatan.
Pemilihan telah mulai dilakukan pada pukul 06.00. Pemilihan kepala daerah ini dilakukan di 13.665 tempat pemungutan suara di seluruh Korea Selatan.
Menurut pantauan NEC, pada pukul 09.00, sebanyak 3,83 juta orang atau 9,3 persen dari jumlah pemilih telah menggunakan hak pilih mereka. Jumlah ini menurun dari pilkada sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 di jam yang sama, sebanyak 11,1 persen dari jumlah pemilih telah melakukan pemilihan.
Pada tahun 2014 ini, sebanyak 41,29 juta orang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan kepala daerah. Jumlah ini sama dengan 80,4 persen dari jumlah populasi di Korea Selatan (51,33 juta penduduk).
Tiga stasiun televisi utama Korea Selatan -KBS, MBC, SBS- akan mengumumkan hasil hitung cepat pada pukul 18.00 tepat setelah waktu pemilihan selesai. Sementara itu, hasil perolehan suara resmi akan dirilis pada hari Kamis pagi.
Presiden Park Geun-hye dan Perdana Menteri Chung Hong-won beserta para politikus telah menggunakan hak pilih mereka pada pagi hari ini. Sementara itu, partai pemerintah dan partai oposisi bersama-sama mengimbau masyarakat untuk menggunakan hak pilih mereka dan berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah ini.
Kampanye pilkada ini sebelumnya didominasi oleh janji kedua partai (pemerintah maupun oposisi) untuk memperbaiki dan meningkatkan keamanan masyarakat. Hal ini terutama diangkat setelah terjadinya tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol.
Hasil pemilihan untuk saat ini sangat sulit diprediksi. Persaingan yang ketat diperkirakan akan terjadi di beberapa daerah, termasuk Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi Seoul, dan Incheon, kota pelabuhan besar yang terletak di sebelah barat Seoul. Kemungkinan bagi kedua partai sama-sama tinggi.
Persaingan yang paling berat dalam pilkada ini terjadi di ibukota Korea Selatan, Seoul. Walikota Seoul Park Won-soon dari NPAD (New Politics Alliance for Democracy – partai oposisi utama) kembali menjadi calon walikota dan bersaing dengan Chung Mong-joon. Chung Mong-joon adalah anggota parlemen dari Partai Saenuri (partai pemerintah/ruling party) yang telah menjabat selama tujuh periode. Beliau juga pernah menjabat sebagai wakil ketua FIFA. Chung Mong-joon juga adalah seorang miliarder di Korea Selatan yang memegang saham terbesar di Hyundai Heavy Industries Co. Hyundai Heavy Industries Co. adalah perusahaan pembangun kapal dari Korea Selatan terbesar di dunia.
Kursi walikota Seoul memegang beban ekstra dalam politik Korea Selatan. Hal ini disebabkan karena jabatan ini sering dijadikan batu loncatan menuju kursi presiden. Mantan Walikota Seoul, Lee Myung-bak, terpilih menjadi presiden Korea Selatan pada tahun 2002.
Sebagai salah satu negara demokratis, tentu rakyat Korea Selatan sangat menikmati pesta demokrasi. Mari kita dukung pelaksanaan demokrasi di Korea Selatan! Dan jangan lupa, Jeolchin pun harus turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi Indonesia nanti!